Gimana sih maksud dari ekonomi kerakyatan?

Assalamu’alaikum Wr. WB.
Hai gaes, apa kabar? Bagaimana rasanya jadi mahasiswa baru? Asik kan asiik :D Dengan berbagai kesibukan yang tiba-tiba menimpa, dengan lingkungan yang jauh berbeda dengan SMA, dengan gelar Maha atas kesiswaannya, kita dituntut untuk menjadi seseorang yang jauh lebih kritis terhadap segala hal yang terjadi di lingkungan kita.
Nggak bisa tuh kita egois hanya memikirkan bagaimana cara agar mendapat IP Cumlaude. Itu bukan Mahasiswa namanya. Inget lho, IP Hanya 4, karena yang 96 adalah pengalaman yang di dapat dari luar kelas.
Nah kali ini aku akan membahas mengenai ide proyek social untuk merealisasikan konsep Ekonomi Kerakyatan. Sebelumnya, kalian tau nggak sih apa itu Ekonomi Kerakyatan? Ekonomi Kerakyatan adalah sistem ekonomi yang lebih berpihak pada rakyat dan menjadikan rakyat seabgai dasar untuk menjalankan roda perekonomian. Bung Hatta melalui artikelnya yang berjudul ‘Itu Rakyat’ yang diterbitkan dalam Harian Dalut Rakyat pada tanggal 20 November 1933, mengekspresikan ketidaktegaannya mengetahui kondisi ekonomi rakyat Indonesia yang dijajah oleh pemerintah Hindia Belanda. Nah maka dari itu kita harus bisa benar-benar merdeka sampai segi ekonomi.
Perlu diketahui bahwa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha kecil tercatat lebih dari 93 juta orang (88,59 %). Namun, konstribusi usaha kecil terhadap kegiatan ekspor masih relative kecil, yaitusekitar 5,38 %. (Kemenkop dan UKM, 2010)
Melihat fakta seperti itu, sebagai generasi muda seharusnya berfikir mengenai solusi apa yangs eharusnya diberikan agar bisa meningkatkan kualitas perekonomian Indonesia. Padahal definisi pemuda dapat diinterpretasikan sebagai individu dengan karakter yang dinamis, penuh vitalitas, bergejolak dan optimis akan tetapi belum memiliki pengendalian emosi yang stabil oleh masa transisional psikologinya.
Nah apasih yang perlu kita lakukan asebagai generasi muda gar konsep ekonomi kerakyatan tidak berhenti hanya sampai wacana?
Jelas harus dengan kerja nyata. Lalu kerja nyata yang seperti apa? Kerja nyata disini adalah dengan melakukan suatu proyek yang dinamakan proyek social. Aku beserta kelompok melakukan wawancara pada seorang penjual jamu gendong. Beliau sering dipanggil dengan sebutan “mbah jamu”. Beliau mengaku sudah berjualan di sekitar Techno Park dekat kampus Universitas Sebelas Maret tercinta.
Walaupun fisiknya sudah tua, beliau sangat antusias dalam memperjualkan jamunya. Beliau mengaku sudah berjualan sejak 23 tahun yang lalu. Kesehariannya mulai pukul tujuh sampai sepuluh WIB beliau berjualan, lalu pukul sepuluh sampai pukul empat sore melakukan aktivitas rumah di rumahnya, kemudian dari pukul empat sore sampai pukul enam malam kembali berjualan, selanjutnya pulang ke rumah. Namun, saat ditanya mengenai perkembangan kondisi perekonomiannya, katanya tidak ada perubahan, uang hasil keuntungan dari jualan jamunya hanya bisa untuk makan dan memutar kembali untuk membeli rempah-rempah yang dibutuhkan untuk berjualan jamu.
Lalu saya berpikir bagaimana bisa orang melakukan usaha tapi tidak ada progress apapun? Apa yang salah? Apa yang perlu aku lakukan? Apa yang  perlu mahasiswa lakukan untuk berkntribusi mewujudkan konsep ekonomi kerakyatan?
Selang beberapa saat kemudian saat aku mencoba jamunya terbesit suatu pikiran yang aku harap tidak akan terbukti kebenarannya. Pikiran apa itu? Pikiran bahwa jamu yang dijual sudah tidak sesuai takaran zat-zat alami yang berkhasiat. Kok bisa tau? Yak arena aku ambil sampel tetanggaku sendiri. Beliau berjualan jamu gendong, tetapi Alhamdulillah ekonomi terus menerus membaik karena beliau berjualan dengan jujur, terus menerus menggunakan rempah-rempah yang sesuai takarannya. Kebanyakan orang berpikir bahwa sedikit kecurangan untuk mempercepat pendapatan adalah suatu hal wajar yang perlu dilakukan karena merupakan salah satu strategi berdagang. Padahal, kejujuran adalah factor yang memperlancar rezeki. Karena dengan melakukan kecurangan, itu sama artinya tidak percaya pada Allah yang maha pemberi rezeki.
Permasalahan kecurangan tadi terjadi mungkin karena kita sebagai anak muda tidak tahu mengenai jamu. Namun, apa yang terjadi? Ya jelas, yang terjadi adalah kebalikannya. Anak muda yang lewat sekitar Techno Park sebagian besar didominasi oleh kalangan pelajar bahkan mahasiswa yang dapat membedakan mana jamu yang benar-benar murni berkhasiat dengan jamu yang dijual hanya demi mendapatkan uang tanpa memikirkan manfaat yang diperoleh dari sang pembeli.
Hehehe tenang aja gaes, jangan salah tangkap lho. Itu hanya perkiraanku saja, InshaAllah masih banyak kok yang berjualan secara jujur. Berdoa saja dan bertindak agar oknum-oknum seperti itu segera punah dari peradaban dunia.
Mari kita lihat dari sudut pandang yang berbeda, anggap mbah jamu berjualan secara jujur, tetapi belum ada perkembagan ekonomi yang diperoleh selama ini. Kalau begitu, aku jadi teringat saat melihat botol-botol yang digunakan sebagai tempat jamu-jamu dijual. Menurut kalin botol apa yang dipakai? Botol bekas air mineral coy. Padahal botol bekas air mineral adalah jenis botol sekali pakai yang berpotensi menyebabkan penyakit jika digunakan secara berulang. Mulai dari penurunan daya tahan tubuh sampai kanker payudara dan prostat.
Nah mbah tersebut berjualan diarea mahasiswa. Pikirkan saja, apakah mungkin seorang mahasiswa tidak mengetahui bahaya seperti itu? Aku kira sebagian besar hampir semuanya mengetahui hal ini, kecuali orang-orang yang benar-benar tidak mau membaca. Hehehe enggaklah, InshaAllah semua tahu mengenai bahaya ini.
Eitss tapi jangan melulu menyalahkkan mbah jamu, beliau seperti itu karena tidak mampu untuk membeli botol yang sesuai, maka dari itu kitalah yang harus bergerak, mencarikan solusi. Apa itu solusinya? Solusinya simpel yaitu dengan membantu membelikan botol yang pantas dipakai secara berulang.
Masalah selanjutnya adalah saat aku melihat keranjang yang digendong mbah jamu. Dengan menggunakan keranjang tradisional yang menurut saya itu kumuh. Bagaimana mungkin anak muda akan tertarik oleh barang dagangan yang tenpatnya saja sudah tidak menarik?  Kesan pertama saja sudah tidak menarik. Terus kalau yang ini bagaimana solusinya? Ya kita usahakan untuk membelikan keranjang yang lebih terjamin kebersihannya, lebih cukup untuk menambah barang jualan agar tidak hanya jamu saja yang dijual, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan membuat orang-orang lebih tertarik untuk membelinya.
Namun, permasalahan saat ini bukan hanya soal penampilan fisik semata. Di era globalisasi ini, pemikiran, budaya, pakaian, dan berbagai aspek kehidupan dapat terkikis jika kita sebagai bangsa Indonesia tidak dapat menyaring hal-hal apa saja yang dapat diterima Indonesia sebagai suatu negara yang berideologi Pancasila.
Nah, yang saya maksud disini adalah pemikiran tentang jamu dalam sudut pandang kaum muda. Pemikiran yang biasa terjadi adalah anggapan bahwa obat-obatan yang lebih modern jauh lebih berkhasiat . Obat-obatan dibuat olehorang terpelajar yang memiliki gelar minimal sebagai sarjana, sedangkanjamu biasanya dibuat oleh orang-orang pedesaan yang tidak pernah sekolah, dan kalaupun sekolah sanya sampai SD, mentok-mentoknya sampai SMP.
Padahal pernyataan semacam itu tida selamanya benar. Ingat Tuhan menciptakan sesuatu pasti ada manfaatnya. Nah rempah-rempah yang tumbuh di tanah air Indonesia ini adalah salah satu yang diciptakanNya. Maka dari itu orang-orang terdahulu mencari cara agar rempah-rempah itu bermanfaat. Bagaimana caranya? Mereka mengambil pelajaran dari fenomena di kehidupan sehari-hari. Misalnya saja orang kedinginan, biasa minum wedang jahe.
Lalu bagaimana cara menyadarkan masyarakat khususnya generasi muda untuk memahami bahwa minum jamu itu tetap berkhasiat dan tidak selalu dianggap sebagai hal kuno? Memang faktanya, sekrang banyak penjualan jamu yang dikemas dengan cara modern. Misalnya saja Kafe Miss B. Djadjanan Djamoe di kawasan Lebak Bulus, Jakarta. Kemudian, Suwe Ora Jamu yang terletak di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, serta Kedai Bukti Mentjos yang ada di kawasan Pasebon, Senen, Jakarta Pusat.
Kafe? Nggak salah tuh? Yakin mahasiswa mampu membuatkan Kafe untuk mbahnya? Terus cara mengolah administrasinya bagaimana? Hahaha susah gengs.
Nah harus bagaimana dong? Ya dengan cara menyebarkan info tentang manfaat jamu sekaligus mempromosikan dagangan jamu mbah jamu.
Setelah itu aku berencana untuk menemui mbah jamu secara berkala guna memberikan bantuan finansial untuk membantu mengembangkan jualan jamu tersebut . Udang dari mana coy? Ya dari dana usaha, walaupun hasil untungnya tidak seberapa, tapi lumayan lah. Selain itu, aku berencana untuk mengajak berbicara mbah jamu sambil memberikan motivasi secara terselubung bahwa tidak semua orang berjualan jamu bernasib kurang beruntung. Namun, ada banyak yang sukses sampai memiliki omset berjuta-juta. Ya walaupun itu termasuk jaulan jamu tingkat ekonomi keatas di sebuah kafe dan tempat makan berkelas. Namun seenggaknya ada loh kesan bahwa jamu itu tidak hanya minuman kuno yangdijual murah. Ingat bahwa Tuhan itu Maha Kaya, jadi jangan takut untuk bermimpi menjadi kaya. Dan fokuskan sema yang kita laukan untuk membuat dirikita bermanfaat. Jadi jangan pernah putus asa.
Panjang banget ya,yaudah cukup sekian pemaparan aku mengenai ide proyek social.
Hidup Mahasiswa! Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!
Wassalamu’alaikum Wr. WB.





Komentar

  1. Asyik dong selamat menjadi mahasiswa yang baru hidup penuh dengan tantangan jika kau bersemangat kamu akan beroleh kisah yang pahamilah sekiranya dalam sebuah kisah penderitaan yang sangat sulit untuk dijalani

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa

Laporan Praktikum Fisika Tentang Fluida Dinamis

Makalah Budidaya Ikan Hias Cupang